Bisnis  

Kewajiban Menunaikan Ibadah Haji

Perjalanan suci ke Baitullah membutuhkan bekal yang cukup. Selain bekal harta, ilmu juga merupakan bekal yang mutlak diperlukan. Dengan ilmu seseorang dibimbing dalam menunaikan ibadah haji dan sesuai dengan sunnah (petunjuk) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu, akan terhindar dari berbagai macam kesesatan dan kesesatan, sehingga hajinya juga merupakan haji yang mabrur yang tidak ada pahalanya selain Al-Jannah. Anda dapat menggunakan dengan Haji Plus.

Pada momen Hajjatul Wada’ (haji terakhir), Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membawa pesan khusus kepada umatnya agar mereka menunaikan haji sesuai dengan tuntunan ritual. Para sahabat menerima pesannya dengan penuh perhatian. Tak heran bila banyak riwayat tentang ritual haji yang mereka jalani bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Demikian pula para ulama, tidak sedikit dari mereka, telah menyusun kitab-kitab tentang manasik haji, baik yang rinci maupun yang sederhana. Semua ini menggambarkan kepada kita bahwa para pendahulu ummat ini telah memberi kita pengetahuan tentang ritual haji agar kita dapat menunaikan haji sesuai dengan sunnah Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, di antara nasehat yang selalu kami sampaikan kepada para calon jamaah haji adalah agar mereka serius mempelajari dan memperdalam ilmu (petunjuk) tentang manasik haji sebelum menunaikannya, dengan harapan agar ibadah haji yang mereka lakukan benar-benar sempurna dan sempurna. diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Kami menyarankan calon jamaah haji untuk terlebih dahulu mendidik diri sendiri tentang ritual haji yang diatur dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum melakukan ibadah haji. Sehingga haji yang dilakukannya sempurna dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Faktor internal adalah penyebab yang berasal dari jamaah haji itu sendiri. Hal ini terjadi ketika seorang peziarah mengabaikan bekal ilmu yang pada hakekatnya merupakan bekal utama yang harus ia persiapkan. Tentunya jika bekal ilmu tidak ada, maka ibadah haji jauh dari ibadah haji Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ia akan lebih condong mengikuti ritual haji yang dilakukan oleh mayoritas orang (tradisi) di sekitarnya. Padahal apa yang dilakukan sebagian besar orang belum tentu sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masalah semakin rumit ketika di antara para peziarah ada yang percaya bahwa mengikuti ritual/tradisi haji yang biasa dilakukan oleh sebagian besar orang adalah jaminan kebenaran.