News  

Bagi Gen-Z, Jalan-jalan Sekarang Karir Belakangan

Isabelle Lieblein, yang berusia 23 tahun, adalah seorang anggota generasi Z alias “zoomers.” Pada 2021, saat masih kuliah, ia menghabiskan semua tabungannya untuk jalan-jalan ke Eropa. Tapi ia tidak menyesalinya. Dan kini, ia mengimbau ribuan pengikutnya di TikTok untuk melakukan hal yang sama.

Lieblein sudah lulus kuliah dan kini bekerja sebagai insinyur IT, tapi prioritasnya adalah bepergian, bukan berkarir.

“Bepergian, melihat 19 negara di Eropa, mengubah perspektif saya lagi. Tadinya saya bekerja setiap hari, berjam-jam… Dan saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan itu, dan menggantinya dengan pekerjaan yang lebih menawarkan keseimbangan pekerjaan-kehidupan dan semoga bisa dilakukan secara jarak jauh,” jelasnya.

Isabelle Lieblein. (VOA/Videograb)

Cameon Wade, 20 tahun, juga ingin memadukan antara pekerjaan dan plesir. Mahasiswi sinematografi Universitas Michigan ini meyakini internet telah mengubah cara bekerja tradisional yang mengharuskan karyawan datang ke kantor.

“Internet adalah aspek sangat besar bagi generasi kami. Kami punya cara untuk meraih banyak orang, meski dari rumah sendiri.”

Para zommers mengaku mereka peduli dengan diri mereka sendiri dan pandai memadukan aspek-aspek penting dalam hidup mereka

Cameron Wade, mahasiswa Michigan University. (VOA/Videograb)

Cameron Wade, mahasiswa Michigan University. (VOA/Videograb)

“Pandangan orangtua saya dengan pekerjaan pertama yang saya benci, adalah ‘Pertahankanlah. Jalani dengan mandiri. Mungkin dalam tiga tahun kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan!’ Tapi generasi kami tidak mau buang waktu. Kami tidak merasa setia kepada perusahaan yang tidak melayani kami,” komentarnya.

Menurut Pusat Riset Pew, zoomers adalah generasi paling berpendidikan dalam sejarah. Sekitar 57 persen di antaranya berkuliah. Sebagai perbandingan, hanya 52 persen milenial dan 43 persen gen-X yang memilih pendidikan tinggi.

Ilustrasi - Tampilan interior kantor WeWork di San Francisco, California, AS, 30 September 2019. (REUTERS/Kate Munsch)

Ilustrasi – Tampilan interior kantor WeWork di San Francisco, California, AS, 30 September 2019. (REUTERS/Kate Munsch)

Para pakar sepakat bahwa hanya karena anak-anak muda menginginkan cara kerja non-tradisional, bukan berarti tidak produktif. Pengalaman semasa muda bisa membantu mereka di masa depan.

“Riset menunjukkan orang-orang yang berinvestasi pada pengalaman, lebih bahagia daripada menghabiskan uang untuk benda. Dan riset menunjukkan bahwa efek tersebut lebih tahan lama,” jelas Cassie Holmes, dari UCLA Anderson School of Management.

Para pakar mengatakan pada 2025, pekerja Gen-Z akan mencapai seperempat dari tenaga kerja Amerika. [vm/jm]

Sumber: www.voaindonesia.com