News  

Biden ‘Antusias’ Menyambut Sisa Masa Jabatannya sebagai Presiden AS

Memimpin rapat kabinet pertamanya di 2023, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberi gambaran optimis tentang dua tahun sisa masa jabatannya.

“Setelah beberapa tahun yang sulit, saya rasa kita melihat beberapa titik terang di seluruh negara kita, dan saya pikir kita telah membuat beberapa kemajuan nyata dalam dua tahun terakhir ini,” ujar Biden dalam sambutan pembukaannya. “Tapi sekarang kita perlu berfokus mengimplementasikan sejumlah undang-undang besar yang sebenarnya sudah berhasil kita loloskan.”

“Saya yakin kita akan mampu mewujudkannya. Itulah sebabnya saya sangat optimis dengan tahun baru ini,” tegasnya.

Biden menyoroti aturan baru yang diusulkan Komisi Perdagangan Federal (FTC) yang akan melarang para pemberi kerja di Amerika Serikat untuk memberlakukan klausul anti persaingan kepada para pekerjanya, sebuah langkah yang akan mempermudah orang berganti pekerjaan dan memperketat persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja di berbagai industri.

Aturan yang diusulkan FTC itu akan mencegah pengusaha memberlakukan klausul tersebut dalam kontrak kerja, yang melarang pekerja bergabung dengan pesaing mereka, biasanya untuk jangka waktu tertentu, setelah keluar dari perusahaan tersebut.

Pendukung peraturan baru itu menilai kontrak kerja yang memiliki klausul anti persaingan berkontribusi pada stagnasi gaji, karena salah satu cara yang paling efektif untuk mendapatkan gaji yang lebih besar adalah dengan berganti perusahaan. Mereka menilai klausul itu sudah dianggap sedemikian lumrah, sehingga berdampak bahkan di kalangan pekerja bergaji rendah sekali pun.

Soal Ukraina

Dalam rapat kabinet pertama itu, Biden juga membahas soal Ukraina. Ia menggambarkan perang yang sedang berlangsung itu telah mencapai “titik kritis.”

Amerika Serikat akan mengirim bantuan militer kepada Ukraina bernilai hampir $3 miliar, di mana untuk pertama kalinya bantuan tersebut akan mencakup beberapa lusin kendaraan tempur Bradley. Batuan tersebut merupakan merupakan langkah terbaru pemerintahan Biden untuk mengirim senjata yang semakin mematikan dan kuat untuk membantu Ukraina memukul mundur pasukan Rusia.

Bantuan baru itu – dengan total sekitar $2,85 miliar – adalah yang terbesar dari serangkaian paket peralatan militer yang telah dikirim Pentagon ke Ukraina. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan sebanyak mungkin peralatan ke Ukraina pada bulan-bulan musim dingin, sebelum musim semi tiba dan kemungkinan terjadi peningkatan pertempuran lagi.

Dalam sebuah pernyataan bersama pada Kamis (5/1), Presiden Joe Biden dan Kanselir Jerman Olaf Scholz mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat akan memberikan Bradley ke Ukraina, sementara Jerman akan menyediakan pengangkut personel lapis baja Marder. Pernyataan itu tidak mengungkap berapa jumlah kendaraan militer yang akan dipasok.

Bradley Fighting Vehicle, yang akan dikirim Amerika Serikat, adalah kendaraan lapis baja yang dapat berfungsi sebagai pengangkut pasukan di medan perang. Bradley bergerak dengan trek lintasan, bukan roda, dan bobotnya lebih ringan sehingga lebih gesit dibanding tank biasa. Bradley dapat membawa sekitar 10 personel, dan dipandang sebagai kendaraan penting untuk memindahkan pasukan dengan secara aman di medan perang. [em/rs]

Sumber: www.voaindonesia.com