News  

Biden Belum Berhasil Bujuk Belanda Bergabung dalam Larangan Ekspor Cip ke China

Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di Gedung Putih pada Selasa (17/1), Presiden Amerika Serikat Joe Biden tampaknya belum berhasil membujuk Belanda agar mendukung pembatasan baru yang diberlakukan AS terkait ekspor teknologi pembuatan semikonduktor ke China, yang merupakan bagian kunci strategi Washington dalam menghadapi persaingan melawan Beijing.

Dalam kesempatan singkat di hadapan para wartawan sebelum pertemuan dilangsungkan, Biden mengatakan bahwa ia dan Rutte telah mengupayakan cara agar menjaga wilayah Indo-Pasifik tetap bebas dan terbuka demi “menghadapi tantangan China.”

“Sederhananya, perusahaan-perusahaan kami, negara kami, sejauh ini sudah sejalan dengan apa yang telah kami lakukan dan visi kami untuk masa depan. Untuk itu, hari ini saya berharap dapat membahas cara agar kami dapat memperdalam hubungan kami dan mengamankan rantai pasokan kami untuk memperkuat kemitraan transatlantik,” tambahnya.

Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, pemerintahan Biden akan meneruskan upayanya.

“Kami tidak mendorong sekutu atau mitra kami. Kami berkonsultasi erat dengan mereka, dan mereka membuat keputusannya sendiri,” katanya dalam jumpa pers dengan wartawan pada Selasa (17/1).

ASML Holding NV, produsen sistem litografi semikonduktor tercanggih di dunia yang diperlukan untuk memproduksi cip tercanggih, bermarkas pusat di Veldhoven, membuat Belanda memegang peranan penting dalam strategi cip Washington melawan Beijing.

Sebelum kunjungan Rutte, Menteri Perdagangan Belanda Liesje Schreinemacher mengatakan bahwa Belanda tengah berkonsultasi dengan sekutu-sekutu Eropa dan Asia dan tidak akan secara otomatis menyetujui pembatasan baru yang diluncurkan Departemen Perdagangan AS pada Oktober lalu.

“Anda tidak bisa mengatakan bahwa mereka telah menekan kami selama dua tahun dan kini kami harus menandatanganinya. Dan kami tidak akan melakukannya,” ujarnya.

Rutte tidak menyebut isu semikonduktor sebelum pertemuannya dengan Biden. Ia justru berfokus pada masalah invasi Rusia ke Ukraina, di mana NATO telah bekerja sama mendukung Kyiv.

Persaingan demi supremasi teknologi AS dan upaya Washington untuk memangkas pasokan teknologi penting ke perusahaan-perusahaan China dimulai sejak masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Biden melangkah lebih jauh dengan mencoba mengonsolidasikan sekutu-sekutu AS di balik upaya tersebut, termasuk dengan Belanda, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, yang merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan terkemuka yang berperan penting dalam rantai pasok industri semikonduktor. [rd/rs]

Sumber: www.voaindonesia.com