News  

Deposan di Lebanon Serbu Bank-Bank

Jengkel menghadapi situasi keuangan yang memburuk dalam tiga tahun, tidak tahu kapan situasi akan membaik, orang-orang di Lebanon mulai bertindak sendiri. Deposan mengambil uang simpanan, terkadang secara paksa. Rentetan pengambilan paksa bersenjata menyebabkan bank-bank tutup.

Bassam al-Sheikh Hussein adalah salah seorang deposan itu. Ia menyerbu Bank Federal Beirut pada 11 Agustus setelah didera keputusasaan untuk menarik uang simpanannya sendiri.

“Saya datang ke bank dengan membawa satu galon bensin dan senapan. Saya datangi manajer, saya banting pintu. Kemudian saya kurung staf di dalam ruangan. Manajer memberi saya $35.000, tetapi jumlah seluruh deposit saya $210.000. Saya menginginkan semua uang saya,” katanya.

Seorang pekerja di tempat penukaran uang menghitung pound Lebanon di Beirut, Lebanon, Kamis, 22 September 2022. (Foto: AP)

Lebanon menderita krisis fiskal, moneter, keuangan, dan ekonomi yang semakin parah mulai 2019. Menurut kritikus, itu akibat ketidakbecusan pemerintah dalam mengelola anggaran selama puluhan tahun.

“Ketika gelembung itu pecah pada Oktober 2019, semua uang para deposan, sekitar $150 miliar, dibekukan dalam sistem perbankan. Ini disebabkan oleh kendali modal yang tidak formal yang diterapkan secara paksa terhadap semua simpanan tanpa ada undang-undang yang jelas untuk mengaturnya dari Parlemen atau dari Negara Lebanon,” ujar Nicolas Chikhani, seorang ekonom independen.

Asosiasi perbankan Lebanon mengatakan pemerintah seharusnya menerapkan kendali modal secara formal.

Seruan yang sama disampaikan Hassan Moughnieh, pendiri Asosiasi Deposan di Lebanon.

“Kami menuntut kendali modal berstandar internasional. Bukan kendali yang mereka lakukan saat ini yang hanya melindungi bank tetapi tidak melindungi deposan. Jadi, kami menuntut kendali modal dengan standar internasional,” katanya.

Para politisi mengingatkan bahwa ketidakstabilan di negara itu telah memperlambat reformasi.

“Kami telah mendesak agar masalah-masalah ini diselesaikan. Tetapi gejolak politik di Lebanon diketahui menunda apa saja yang terkait peratifikasian undang-undang, penulisan rancangan undang-undang, dan penyelesaian undang-undang,” ujar Menteri Ekonomi dan Perdagangan Lebanon, Amin Salam, kepada VOA.

Niat sebagian politisi mungkin menjanjikan, tetapi bagi para deposan Lebanon yang marah dan putus asa untuk mendapatkan kembali uang mereka, solusi tidak kunjung datang. [ka/em]

Sumber: www.voaindonesia.com