News  

Iklim dan Gender, Fokus Bantuan Australia di Indo-Pasifik

Australia menyatakan bahwa pemanasan global adalah “ancaman nomor satu” bagi keamanan dan kesejahteraan Pasifik.

Jadi, mulai pertengahan 2025, setengah dari semua investasi baru bantuan Australia harus mempertimbangkan perubahan iklim. Berdasar kebijakan baru, investasi bernilai lebih dari $2 juta itu akan naik 80% pada 2028. Para pejabat mengatakan bahwa jalan, misalnya, akan dibangun untuk menghadapi kenaikan permukaan air laut dan sekolah akan memiliki atap antisiklon.

Semua proyek baru pembangunan internasional itu juga harus menyertakan tujuan kesetaraan gender. Para pejabat mengatakan, ini bisa mencakup penyediaan akomodasi yang aman bagi perempuan pemilik kios pasar untuk melindungi mereka dan barang dagangan mereka.

Menurut analis, pergeseran kebijakan internasional Australia itu merupakan respons terhadap ambisi keamanan China di wilayah itu. Ini adalah perombakan besar pertama untuk program bantuan luar negeri Australia dalam lebih dari 10 tahun.

Pat Conroy adalah Menteri Pembangunan Internasional dan Pasifik Australia. Ia mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp. Selasa, bahwa Australia sangat ingin kembali menegaskan kehadirannya dalam urusan regional.

“Ada kompetisi geostrategis di kawasan ini. Pemerintah terakhir (di Canberra) memotong bantuan $11,8 miliar dolar Australia atau $7,75 juta dolar AS) sehingga menimbulkan kekosongan yang telah diisi negara-negara lain. Jadi, ini jelas tentang kita menjadi mitra pilihan untuk wilayah kita, dan mengentaskan orang dari kemiskinan. Sebanyak 22 dari 26 negara tetangga terdekat kita adalah negara berkembang. Jadi, adalah kepentingan kita untuk melihat mereka stabil, sejahtera, dan tumbuh,” ujarnya.

Anggaran tahunan bantuan asing Australia adalah sekitar $3 miliar. Strategi baru itu datang tanpa dana tambahan, tetapi diharapkan sektor swasta akan membantu mendanai proyek-proyek terkait iklim. Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, Senin, mengatakan bahwa “pembangunan dan kemakmuran mendukung perdamaian dan stabilitas.”

Sejauh ini, belum ada tanggapan dari China.

Beijing dalam beberapa tahun ini berselisih dengan Canberra atas berbagai masalah perdagangan dan politik, termasuk ambisi teritorial China di Indo-Pasifik.

Namun, hubungan bilateral telah membaik sejak Mei 2022 ketika pemerintahan baru di Australia mencoba menstabilkan hubungan dengan mitra dagang terbesarnya itu. Pemerintahan yang cenderung kiri itu tetap mengakui bahwa akan ada area di mana kedua negara tidak akan sepakat dan akan ada persaingan. [ka/lt]

Sumber: www.voaindonesia.com