News  

Indonesia dan Uni Eropa Tuntaskan Perundingan IEU-CEPA 

Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa ini dinilai penting tidak saja untuk menciptakan aturan main yang disepakati bersama dalam persaingan dagang di pasar Eropa, tetapi juga mendorong ekonomi nasional, menciptakan lapangan pekerjaan baru, memfasilitasi perdagangan dan menciptakan kesempatan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Dalam perundingan putaran ke-15 itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral Johni Martha, sementara tim perunding Eropa dipimpin oleh Wakil Kepala Unit untuk Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru, Filip Deraedt.

Menurut siaran pers Kementerian Perdagangan yang diterima VOA hari Rabu (19/7), dalam putaran ini kedua pihak berhasil mencapai kemajuan dalam pembahasan teks. Antara lain dengan disepakatinya Bab Kerja Sama Ekonomi dan Peningkatan Kapasitas (Economic Cooperation and Capacity Building ECCB). Kesepakatan itu secara resmi menjadikan ECCB sebagai Bab ke-7 yang berhasil diselesaikan di bawah perundingan IEU-CEPA.

Putaran ke-15 ini mencakup pembahasan pada 15 isu runding, yaitu perdagangan barang, ketentuan asal barang, sistem pangan berkelanjutan, klausul anti-fraud, hambatan teknis perdagangan, perdagangan jasa, perdagangan digital, investasi, penyelesaian sengketa investasi, pengadaan pemerintah, perdagangan dan pembangunan berkelanjutan, penyelesaian sengketa, ketentuan institusional, kerja sama ekonomi dan peningkatan kapasitas, serta subsidi untuk pertemuan daring.

Indonesia dan Uni Eropa Saling Membutuhkan

Total perdagangan Indonesia – Uni Eropa pada tahun 2022 lalu tercatat sebesar US$33,2 miliar. Dalam periode itu, ekspor Indonesia ke Uni Eropa mencapai US$21,5 miliar, sementara impor Indonesia dari Uni Eropa mencapai US$11,7 miliar.

Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Uni Eropa adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya, asam lemak monokarbosilat industri, batu bara, tembaga, dan alas kaki yang bagian atasnya terbuat dari bahan kulit. Sementara impor utama Indonesia dari Uni Eropa tahun lalu adalah pipa dari besi dan baja, obat-obatan, vaksin, mesin pembuat bubur kertas, dan kertas atau karton daur ulang.

Indonesia sangat serius mempersiapkan berbagai hal yang dirundingkan dalam pertemuan di Yogyakarta itu. Presiden Joko Widodo bahkan memimpin langsung rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, pada tanggal 13 Juli lalu, untuk menyusun isu-isu strategis yang dibahas.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (courtesy: Setpres RI).

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, seusai pertemuan itu mengatakan kepada wartawan, “Ada lima isu strategis yang perlu diselesaikan agar perundingan IEU-CEPA dapat selesai tahun ini juga,” antara lain soal belanja atau pembelian pemerintah, posisi BUMN, bea keluar dengan tetap mengembangkan industri dalam negeri, standarisasi produk berwawasan lingkungan dan soal penyelesaian perselisihan investasi “yang diharapkan mengacu pada International Centre of Settlement of Investment Disputes ICSID.”

“Kalau lima isu ini bisa selesai maka di akhir tahun ini IEU-CEPA bisa diselesaikan, tinggal satu perundingan lagi,” ujar Airlangga.

Ketua Kelompok Perunding Indonesia Johni Martha dalam keterangan pers mengatakan “putaran berikutnya akan dilaksanakan pada akhir tahun ini. Diharapkan Indonesia dan Uni Eropa tetap memiliki komitmen yang sama untuk menjaga momentum positif dari kemajuan yang diperoleh di putaran ini.” Lebih jauh ia mendorong komunikasi dan pertemuan intersesi jika diperlukan oleh seluruh kelompok kerja.

Perundingan putaran ke-16 direncanakan berlangsung di Brussel, Belgia, pada akhir tahun 2023. [em/pp]

Sumber: www.voaindonesia.com