News  

Inflasi Tutupi Kegembiraan Belanja ‘Black Friday’

Para pedagang di Amerika Serikat bersiap menghadapi ujian terbesar tahun ini: Apakah konsumen akan membuka dompet mereka lebar-lebar untuk memanfaatkan diskon besar Black Friday yang menandai musim belanja liburan?

Konsumen yang terbebani lonjakan inflasi tampaknya memiliki keraguan untuk berbelanja dalam jumlah besar. Situasi tersebut menimbulkan ketidakpastian pada musim belanja yang dimulai sehari setelah libur Thanksgiving yang jatuh pada Kamis (24/11).

Setahun yang lalu, para pedagang menghadapi kekurangan produk akibat masalah rantai pasokan yang menyebabkan keterlambatan pengiriman dan tutupnya pabrik terkait pandemi COVID-19. Agar hal tersebut tidak terulang, para pelaku industri sejak dini menumpuk barang impor tahun ini, membuat mereka rentan kelebihan pasokan di saat konsumen justru mengurangi belanja.

“Kekurangan pasokan adalah masalah lalu,” kata Neil Saunders, direktur pelaksana perusahaan konsultan, GlobalData Retail. “Masalah sekarang adalah terlalu banyak barang yang menumpuk.”

Harga bensin dan bahan pokok rumah tangga seperti daging dan sereal yang tinggi adalah masalah ekonomi yang luas tetapi tidak membebani semua orang secara setara.

“Mereka yang berpenghasilan lebih rendah pasti paling terpukul oleh inflasi yang lebih tinggi,” kata Claire Li, analis senior di Moody’s. “Orang-orang harus mencukupi kebutuhan pokok mereka.”

Prakiraan terkemuka dari Deloitte dan National Retail Federation memproyeksikan peningkatan kurang dari 10 persen, namun kemungkinan tidak akan melebihi tingkat inflasi. [ka/rs]

Sumber: www.voaindonesia.com