News  

Islamic Development Bank Kucurkan Rp4,4 Triliun untuk Layanan Ibu dan Anak

Sebelum pulang, pasca hadir di KTT G20, Presiden Islamic Development Bank (IsDB) Dr. Muhammad Sulaiman Al Jasser menyerahkan dana $293 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun, untuk menyediakan layanan ibu dan anak yang lebih baik di enam rumah sakit pemerintah.

Pandemi telah memperburuk layanan sektor kesehatan, karena banyak negara tidak dapat mengembangkan kemampuannya, selama berkonsentrasi menekan kasus COVID 19. Atas alasan itu pula, IsDB dan pemerintah Indonesia, mengidentifikasi perbaikan layanan yang menjadi prioritas pasca pandemi.

Presiden IsDB, Muhammad Sulaiman Al Jasser mengatakan, lembaga yang dipimpinnya, menempatkan kebutuhan dan tantangan pembangunan di negara-negara anggotanya sebagai inti agenda.

“Sebagai hasil dari pendekatan responsif ini, kami mengembangkan dua proyek kesehatan besar di Indonesia kurang dari 24 bulan. Untuk melakukannya, kami melakukan pencermatan, bersama dengan mitra kami, Kementerian Kesehatan,” kata Sulaiman.

Sulaiman hadir di rumah sakit Profesor Ngoerah, Bali pada Kamis (17/11) untuk meresmikan kerja sama pendanaan IsDB dengan pemerintah Indonesia.

“Kami mengidentifikasi tantangan kesehatan utama, yaitu perawatan bayi dan ibu, serta onkologi. Kami di sini, hari ini, untuk peletakan batu pertama proyek pertama yang disetujui pada September 2020, memperkuat enam rumah sakit rujukan nasional Indonesia,” ujarnya.

IsDB akan mengucurkan dana pinjaman $293 juta untuk peningkatan perawatan bayi dan ibu. Selain itu, ada juga 205 juta euro, untuk mendukung perbaikan layanan onkologi, juga di enam rumah sakit rujukan nasional.

IsDB mengucurkan Rp 4,2 triliun guna membangun layanan ibu dan anak di enam rumah sakit. (Foto: Humas Kemenkeu)

Rumah sakit yang menerima pendanaan ini sepenuhnya milik pemerintah pusat. Keenamnya adalah RS Dharmais sebagai pusat kanker nasional, RS Persahabatan di Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RS dr Sardjito Yogyakarta, RS Profesor Ngoerah Bali, dan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo di Makassar.

Menurut Sulaiman, dengan dana yang ada, pemerintah akan dapat membangun sepuluh fasilitas baru dengan total luas 230.000 meter persegi; menyediakan 952 tambahan tempat tidur rumah sakit dan lebih dari 110 unit perawatan intensif (ICU); melengkapi keenam rumah sakit itu dengan peralatan medis canggih; melatih setidaknya 5.500 staf, termasuk dokter, tenaga kesehatan, dan bagian manajemen; dan mendukung peningkatan kapasitas tanggap darurat kesehatan di Indonesia.

Proyek ini akan berdampak pada 77 juta warga yang berada di kawasan layanan rumah sakit itu. Angka tersebut lebih dari seperempat penduduk Indonesia.

Pada akhirnya, IsDB menargetkan adanya peningkatan pelayanan rawat inap dan rawat jalan bagi ibu dan anak sebesar 25 persen. “Dua puluh dua persen penurunan angka kematian ibu, 14 persen penurunan angka kematian neonatal, dan 10 persen penurunan angka kematian balita. Angka-angka ini sangat berarti bagi kita semua,” kata Sulaiman.

IsDB mencatat, setiap tahun 100 juta orang jatuh miskin dan tidak mampu membayar biaya kesehatan. Sekitar 50 persen populasi dunia, tidak memiliki akses ke paket layanan kesehatan esensial.

“Tantangan ini membuat sektor kesehatan menjadi salah satu prioritas utama dalam rencana pembangunan Indonesia, seperti halnya strategi IsDB,” tambahnya.

Fokus Perbaikan Layanan

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengakui, karena layanan yang belum sepenuhnya baik, melahirkan dapat bermakna saat-saat menghadapi ancaman kematian.

“Setiap ibu menghadiahkan hidup, setiap kali mereka melahirkan anak. Tetapi setiap ibu juga menghadapi ancaman mati, setiap kali mereka melahirkan. Jadi, angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah proksi yang baik, dari status kesehatan suatu bangsa,”paparnya.

Kementerian Kesehatan mencatat, angka kematian ibu di Indonesia adalah nomor dua tertinggi di Asean. Ada 305 kematian untuk setiap 100.000 kelahiran hidup.

“Ini sangat kontras dengan negara maju seperti Singapura yang hanya delapan per 100.000 kelahiran hidup. Jadi, 305 lawan 8,” tambah Budi.

Menurut data pula, tiga besar penyebab kematian ibu saat melahirkan di Indonesia adalah pendarahan hebat, hipertensi dan infeksi.

“Dan kondisi ini, sebenarnya bisa dicegah, jika semua ibu tersebut mendapatkan perawatan medis yang tepat. Oleh karena itu sangat penting bagi pemerintah dan pemerintah daerah, untuk terus berinvestasi dalam fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak,” lanjut Budi.

Kementerian Kesehatan menargetkan, proyek ini membantu Indonesia meraih Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Tujuan-tujuan itu adalah menurunkan rasio kematian ibu (AKI) menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita, mengurangi angka kematian neonatal menjadi setidaknya kurang dari 12 per 1000 kelahiran, serta menurunkan angka kematian balita hingga serendah 25 per 1000 kelahiran.

Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap, pemerintah sebenarnya sudah mengucurkan anggaran lebih tinggi dari seharusnya. “Anggaran kesehatan kita naikkan dari yang lima persen seperti diwajibkan oleh Undang-Undang, menjadi 9,4 persen. Alokasi anggaran pemerintah pada tahun 2022 untuk kesehatan mencapai 255,3 triliun,” kata Sri Mulyani.

Karena itulah, Sri Mulyani mengapresiasi IsDB yang memberikan Rp 4,2 triliun tambahan pendanaan, untuk memperbaiki layanan kesehatan di enam rumah sakit pemerintah.

“Kesehatan adalah masalah yang sangat penting, dan pembiayaan tidak dapat dipisahkan. Tanpa pembiayaan, Anda tidak dapat mencapai sistem kesehatan yang baik di negara mana pun. Dan tanpa pembiayaan, Anda tidak dapat mempersiapkan dan membangun kesiapsiagaan dan respons pandemi secara efektif di tingkat global, tingkat regional, dan tingkat negara,” tegasnya. [ns/ab]

Sumber: www.voaindonesia.com