News  

Konflik di Gaza Timbulkan Kekhawatiran akan Pasokan Minyak Timur Tengah

Pasar minyak dunia tengah mengamati konflik antara Israel dan Hamas dengan hati-hati, di saat harga minyak mengalami sedikit kenaikan dibandingkan pada pekan lalu, namun masih jauh di bawah harga tertinggi baru-baru ini, seiring dengan berkembangnya konflik brutal di Israel selatan dan Gaza.

Minyak mentah berjangka Brent, salah satu tolok ukur pasar minyak dunia, diperdagangkan pada kisaran $88 per barel pada Selasa (10/10) sore, naik dari $84,58 ketika pasar ditutup pada hari Jumat (6/10), sehari sebelum militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah Israel. Serangan tersebut membantai ratusan orang dan kelompok militan itu juga menyandera 150 orang ke Gaza.

Sebelum serangan Hamas dan peluncuran serangan balasan dari Israel yang mencakup ribuan serangan udara di Gaza, harga minyak cenderung menurun setelah mencapai titik tertinggi baru-baru ini di mana nilainya hampir mencapai angka $95 pada akhir September lalu.

Meskipun Israel dan Gaza tidak memproduksi minyak dalam jumlah besar, para ahli memperingatkan bahwa kerusuhan di wilayah itu dapat mempengaruhi pasar minyak. Kondisi tersebut mungkin akan terbukti benar dalam konflik yang terjadi saat ini, terutama jika Iran diketahui terlibat dalam serangan tersebut, seperti yang dilaporkan oleh beberapa kantor berita.

Meskipun para pemimpin Iran secara terbuka memuji serangan Hamas, mereka mengatakan pemerintahnya tidak terlibat dalam aksi tersebut. Senada dengan pemerintah Iran, juru bicara Hamas mengatakan, operasi tersebut dirancang dan dilancarkan secara mandiri.

Sejumlah ahli mengatakan kepada VOA bahwa konflik yang saat ini berlangsung dapat mempengaruhi harga minyak dalam beberapa aspek, khususnya jika konflik meluas ke luar wilayah perbatasan antara Israel dan Gaza.

“Hal utama yang kita amati adalah jika gangguan atau konflik menyebar ke wilayah yang lebih luas,” ujar David Doherty, kepala bidang perminyakan dan bahan bakar terbarukan di BloombergNEF, yang menyuplai penelitian strategis kepada pelaku pasar.

“Timur Tengah tidak hanya memasok hampir satu pertiga dari minyak mentah dunia, tapi juga lebih dari 42 % minyak jenis sedang-berat, yang menjadi favorit bagi para penyuling untuk memaksimalkan bahan bakar jar dan solar,” tulis Doherty melalui email. “Jumlah dari pemasok cadangan minyak jenis sedang terbatas.”

Ia menambahkan bahwa Rusia sebelumnya memasok 22% dari total jumlah minyak jenis sedang dunia namun negara itu telah dilarang untuk menjual pasokannya ke pasar terbuka karena menginvasi Ukraina.

“Sehingga, gangguan yang muncul selanjutnya dapat mempengaruhi harga dari minyak-minyak ini, terutama minyak jenis sedang,” kata Doherty.

Para ahli juga akan terus mengamati indikasi yang menunjukkan keterlibatan Iran dalam serangan tersebut, karena jika hal tersebut terbukti, itu akan membuat Iran semakin kesulitan untuk memasok minyaknya ke pasar dunia.

“Satu hal yang terjadi dalam satu tahun terakhir adalah kita melihat semakin banyaknya minyak Iran yang beredar di pasaran walapun sanksi AS tetap berlaku,” ujar James W. Coleman, profesor di Fakultas Hukum Dedman di Southern Methodist University di Dallas. [ps/ka/rs]

Sumber: www.voaindonesia.com