News  

Menkeu Jerman Kecam ‘Kemunduran’ Uni Eropa di bawah von der Leyen

Menteri Keuangan Jerman pada Kamis (11/4) mengkritisi kepala Uni Eropa yang juga asal Jerman, Ursula von der Leyen, karena dia melihat “tahun-tahun yang hilang” bagi ekonomi Eropa.

“Beberapa tahun terakhir di bawah tanggung jawab dari sebuah komisi yang dipimpin oleh Ursula von der Leyen, telah menjadi tahun-tahun yang hilang bagi daya saing,” kata Christian Lindner ketika tiba dalam sebuah pertemuan menteri-menteri keuangan dan ekonomi zona Euro di Luksemburg.

Pernyataan yang melawan von der Leyen ini mengungkap ketegangan dalam politik Jerman, juga persaingan dalam kampanye menjelang pemilu Uni Eropa pada Juni, di mana von der Leyen berharap akan memperoleh masa jabatan keduanya.

Lindner berasal dari Partai Kebebasan Demokratik yang secara ekonomi beraliran liberal dan menjadi bagian dari pemerintah koalisi yang saat ini memimpin Jerman bersama dengan Partai Sosial Demokrat yang berhaluan tengah kiri pimpinan Kanselir Olaf Scholz dan Partai Hijau.

Partai Persatuan Demokratik Kristen (CDU) pimpinan von der Leyen yang beraliran tengah kanan, yang terikat dengan Partai Persatuan Sosial Kristen di Bavaria (CSU), adalah oposisi.

“Sayangnya, Ursula von der Leyen tidak memanfaatkan masa jabatannya untuk memperkuat ekonomi Eropa, dan justru menjalankan prioritas lain,” kata Lindner.

“Saat ini kita harus mengejar ketertinggalan lebih banyak lagi dalam beberapa bulan dan tahun mendatang. Kekuatan ekonomi adalah juga sebuah faktor dalam geopolitik,” kata dia.

Industri Eropa seringkali mengeluhkan tingginya harga energi dan aturan-aturan lingkungan yang menambah ongkos serta birokrasi.

Secara keseluruhan, ekonomi Uni Eropa berada dalam kondisi stagnan dalam satu setengah tahun terakhir, sebagai dampak dari invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 yang menghantam pasokan energi dan memacu periode inflasi tinggi.

Pada 2023, pertumbuhan GDP Uni Eropa hanya 0,4 persen, dibandingkan dengan 2,5 persen di AS dan 5,2 persen di China.

Perusahaan-perusahaan Eropa juga tergoda oleh subsidi AS yang tinggi untuk pindah melintasi samudera Atlantik.

Sebagai salah satu wajah yang paling dikenal dalam politik Uni Eropa, von der Leyer lebih disukai untuk memperoleh masa jabatan lima tahun kembali dalam pucuk pimpinan Komisi Eropa, setelah pemilu pada Juni untuk Parlemen Eropa.

Dia didukung oleh Partai Rakyat Eropa, pengelompokan konservatif terbesar di parlemen, termasuk di dalamnya Partai CDU yang dia pimpin.

Tetapi kepala Komisi Eropa itu menghadapi angin perlawanan yang meningkat.

Beberapa komisioner dan Parlemen Eropa telah mempertanyakan sejumlah keputusannya akhir-akhir ini, ketika gaya manajemennya, yang mengandalkan pada lingkaran penasehat dekat dan kadang hanya sedikit konsultasi, telah membuat frustasi sejumlah tokoh di kantornya, di Brussels. [ns/ka]

Sumber: www.voaindonesia.com