News  

Pasar Bersiap Hadapi Efek Domino Pelarangan Ekspor Beras oleh India  

Kali ini, dampak pelarangan ekspor terhadap pasokan dan harga beras bisa jadi lebih meluas karena sekarang India menyumbang lebih dari 40 persen perdagangan beras dunia, dibandingkan dengan 22 persen pada 15 tahun lalu. Hal itu meningkatkan tekanan bagi negara-negara pengekspor beras, seperti Thailand dan Vietnam, untuk mengikuti jejak India.

“Sekarang, India punya peran yang jauh lebih penting untuk perdagangan beras dibandingkan pada 2007 dan 2008. Pelarangan ekspor beras India pada saat itu memaksa para ekportir lain untuk menerapkan pembatasan yang sama sebagai akibat efek domino. Bahkan saat ini, mereka tak punya banyak pilihan selain bereaksi terhadap kekuatan pasar,” kata seorang pedagang komoditas biji-bijian pada sebuah perusahaan dagangan global. Dia meminta agar identitasnya tidak diungkap.

Dampak terhadap harga bahan pokok yang paling banyak dikonsumsi di dunia sudah melonjak menyentuh level tertinggi dalam 15 tahun setelah India mengejutkan para pembeli dengan menerapkan pelarangan ekspor beras non-basmati untuk meredam kenaikan harga. Beras non-basmati adalah jenis beras yang paling banyak dikonsumsi di dunia. New Delhi sudah membatasi ekspor beras pecah kualitas rendah pada 2022.

Para pekerja memuat kiriman beras di pelabuhan ekspor beras utama di Pelabuhan Kakinada di negara bagian Andhra Pradesh, di selatan India, 2 September 2021. (Foto: Rajendra Jadhav/Reuters)

Para analis dan pedagang mengatakan pasokan yang terbatas berisiko mendorong harga beras makin melonjak dan inflasi pangan dunia yang bisa merugikan konsumen di negara-negara miskin di Asia dan Afrika. Sejumlah negara pengimpor pangan sedang bergulat dengan pasokan yang terbatas yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu dan gangguan pengiriman pangan dari Laut Hitam.

“Thailand, Vietnam dan negara-negara pengekspor lainnya bersiap untuk menaikkan pasokan untuk menutup celah akibat penurunan pasokan dari India,” kata Nitin Gupta, Wakil Presiden Senior Olam Agri India, salah satu pengekspor beras terbesar di dunia.

“Namun, mereka menghadapi keterbatasan dalam kapasitas surplus untuk ekspor. Keterbatasan ini bisa mengakibatkan kenaikan harga di kedua belah pihak, mengingatkan kita pada reli harga beras yang kita saksikan pada 2007/2008.”

Pada 2008, harga beras mencapai harga rekor di atas $1.000 per ton atau setara Rp15,24 juta per ton (dengan kurs saat ini) setelah India, Vietnam, Bangladesh, Mesir, Brazil dan sejumlah produsen beras kecil lainnya membatasi ekspor.

Surplus terbatas

Kali ini, para eksportir beras tidak akan bisa meningkatkan volume ekspor lebih dari 3 juta metrik ton per tahun karena mereka mencoba memenuhi permintaan dalam negeri di tengah keterbatasan surplus, kata tiga pedagang dari perusahaan perdagangan dunia kepada Reuters.

Thailand, Vietnam, dan Pakistan, masing-masing adalah eksportir beras nomor dua, tiga, dan empat terbesar di dunia. Mereka sudah menyatakan tertarik untuk meningkatkan penjualan karena permintaan beras terus meningkat sejak India menerapkan pelarangan ekspor.

Baik Thailand maupun Vietnam menekankan bahwa mereka akan memastikan konsumen dalam negeri tidak akan dirugikan dengan peningkatan ekspor.

“Tidak bisa diterima kalau sampai negara pengekspor beras mengalami kekurangan pasokan dan harga domestik yang tinggi,” kata Menteri Industri dan Perdagangan Thailand Nguyen Hong Dien, pekan lalu.

Beras impor dan produksi lokal dijajakan dalam baskom di depan sebuah toko di pasar Obalende di Lagos, Nigeria, 3 Maret 2016. Nigeria adalah salah satu negara yang mengandal pasokan beras non-Basmati dari India. (Foto: C. Stein/VOA)

Beras impor dan produksi lokal dijajakan dalam baskom di depan sebuah toko di pasar Obalende di Lagos, Nigeria, 3 Maret 2016. Nigeria adalah salah satu negara yang mengandal pasokan beras non-Basmati dari India. (Foto: C. Stein/VOA)

Pakistan, yang sedang dalam masa pemulihan dari dampak banjir yang menghancurkan pada tahun lalu, bisa mengekspor 4,5 juta hingga 5 juta ton, dari ekspor tahun ini sebanyak 3,6 juta ton, menurut seorang pejabat di Asosiasi Eksportir Beras Pakistan (Rice Exporters Association of Pakistan/REAP).

Namun, negara itu kemungkinan tidak akan mengizinkan ekspor tanpa pembatasan di tengah laju inflasi yang mencapai dua digit.

Negara-negara importir beras non-basmati termasuk, Filipina, China, Senegal, Nigeria, Afrika Selatan, Malaysia, Pantai Gading dan Bangladesh.

Efek berantai

Harga beras global sudah meningkat sebesar 20 persen sejak pelarangan ekspor beras India. Peningkatan harga sebesar 15 persen lagi bisa memicu pembatasan oleh Thailand dan Pakistan, menurut para pedagang di sejumlah perusahaan perdagangan internasional.

“Pertanyaannya bukan apakah mereka akan membatasi ekspor, melainkan seberapa besar (volume ekspor.red) yang akan dibatasi dan kapan mereka akan mengambil langkah-langkah itu,” kata seorang pedagang di New Delhi.

Ancaman El Nino

Sumber: www.voaindonesia.com