News  

Permintaan Terus Melonjak, Perusahaan-perusahaan Energi Genjot Eksplorasi Gas di Asia Tenggara

Perusahaan-perusahaan energi menggenjot kegiatan eksplorasi gas di wilayah Asia Tenggara untuk meningkatkan hasil produksi guna memenuhi permintaan yang terus tumbuh dalam jangka panjang. Hal tersebut didorong oleh sejumlah penemuan sumber baru-baru ini serta adopsi kebijakan investasi yang lebih baik, seperti yang diungkapkan oleh para eksekutif dan analis perusahaan.

Baru-baru ini, Malaysia dan Indonesia mencatat prestasi dalam penemuan sumber daya energi di sektor hulu, termasuk penemuan besar yang dilakukan oleh Mubadala Energy di Blok Andaman Selatan. Hal itu terjadi setelah investasi di sektor tersebut menurun sejak harga minyak merosot pada 2015.

Stefano Raciti, sebagai chief operating officer Mubadala Energy, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan populasi di wilayah tersebut diperkirakan akan memicu permintaan gas yang berkelanjutan. Dampaknya, permintaan gas diproyeksikan akan mencapai puncaknya sebelum 2040. Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa “ada peluang besar untuk melakukan investasi di sektor gas dan LNG (gas alam cair).”

“Di Asia Tenggara, kami yakin hal ini berarti melanjutkan investasi dalam eksplorasi dan memperluas produksi gas,” tambahnya.

Seorang pekerja PT Pertamina memanjat alat ukur di sumur minyak mentah di Pulau Bunyu, Kalimantan Timur, 8 Februari 2011. (Foto: Reuters)

Mubadala sedang melakukan upaya untuk memperluas produksi di ladang gas Pegaga di Malaysia. Di ladang tersebut, dua perusahaan energi besar akan terlibat untuk pertama kalinya melalui akuisisi baru-baru ini.

TotalEnergies Prancis mengumumkan pada bulan lalu bahwa mereka membeli 50 persen saham Sapura yang berkantor pusat di Malaysia. Selain itu, perusahaan migas AS Chevron juga mengakuisisi Hess yang memiliki aset di Malaysia.

Secara terpisah, Pertamina dan Petronas dari Malaysia mengakuisisi 35 persen saham Shell di blok gas alam Masela yang dioperasikan Inpex.

Pada Januari, perusahaan energi negara Malaysia, Petronas, memberikan kontrak bagi hasil untuk enam blok eksplorasi pada putaran penawaran 2023. Selain itu Malaysia juga melakukan penawaran eksplorasi sepuluh blok dan cluster kepada calon investor pada tahun ini.

Indonesia juga berencana untuk menawarkan lebih banyak blok minyak dan gas di cekungan Sumatra Utara pada tahun ini menyusul penemuan besar oleh Mubadala Energy di Blok Andaman Selatan. Pemerintah juga sedang mengevaluasi insentif fiskalnya untuk menarik investasi pada sumber daya non-konvensional.

“Dalam dua hingga tiga tahun terakhir, Indonesia dan Malaysia mendapatkan penemuan besar, sehingga menambah momentum secara keseluruhan. Hal itu mendorong minat yang lebih besar terhadap eksplorasi,” kata analis Rystad Energy, Prateek Pandey.

Malaysia kemungkinan akan mengebor sekitar 30 sumur eksplorasi pada tahun ini dan 35 sumur pada 2025, naik dari 8 sumur pada 2021, katanya, sementara Indonesia akan mengebor sekitar 40 sumur tahun ini, dibandingkan 20 sumur selama pandemi COVID.

Walaupun ada perkiraan penurunan jumlah sumur eksplorasi di Indonesia pada paruh kedua dekade ini, Pandey menambahkan bahwa jumlah sumur eksplorasi di Malaysia diperkirakan akan tetap stabil hingga 2028. Hal itu disebabkan oleh keberhasilan putaran penawaran dalam tiga hingga empat tahun terakhir di Malaysia.

Pekerja PT. Pertamina Geothermal Energy memeriksa salah satu sumur produksinya di Kamojang pada 22 April 2010. (Foto: AFP/Adek Berry)

Pekerja PT. Pertamina Geothermal Energy memeriksa salah satu sumur produksinya di Kamojang pada 22 April 2010. (Foto: AFP/Adek Berry)

Perbaikan fleksibilitas dalam kontrak bagi hasil dan penyusunan ketentuan fiskal yang lebih baik juga telah menarik lebih banyak investasi ke wilayah ini. Pada September, pemerintah menyatakan memperbaiki persyaratan kontrak minyak dan gas yang memungkinkan kontraktor memiliki saham lebih dari 50 persen di beberapa blok baru.

“Sebagai investor yang datang dari luar negeri, kita perlu memiliki kepastian dalam hal kebijakan investasi dan regulasi di kegiatan hulu. Dan kita melihat hal itu terjadi dalam lima tahun terakhir,” kata Yuzaini Yusoff, Country Head Hulu Nasional Malaysia Petronas Carigali.

“Untuk hulu, kami fokus pada perluasan eksplorasi… Indonesia Timur adalah tempat di mana banyak cekungan yang belum dieksplorasi,” ujarnya. [ah/rs]

Sumber: www.voaindonesia.com