News  

Pertamina Masih Bahas Rencana Pengambilalihan Saham LNG Abadi Milik Shell

Perusahaan energi milik negara Pertamina masih mendiskusikan rencananya untuk berpartisipasi dalam proyek gas alam cair (LNG) Abadi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), kata para pejabat, Selasa (17/1).

Indonesia sudah bertahun-tahun mencari investor untuk mengambil alih 35 persen saham proyek yang dipegang Shell, yang juga dikenal sebagai proyek gas Masela, setelah perusahaan itu mengisyaratkan niatnya untuk mundur. Pertamina telah menyatakan minat untuk bergabung.

S&P Global Platts melaporkan pada hari Senin bahwa Pertamina akan mengambil alih saham Shell pada proyek tersebut, mengutip pernyatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Namun, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, Selasa (17/1), mengatakan kepada Reuters bahwa rencana agar Pertamina mengambil alih posisi Shell belum sepenuhnya final. “Masih dalam pembahasan. Kita tunggu saja,” ujarnya tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai pembicaraan tersebut.

Hal itu didukung oleh komentar juru bicara Unit Hulu Pertamina Arya Dwi Paramita yang mengatakan, “Masih dalam pembahasan.”

Perusahaan energi Jepang Inpex Corp 1605.T, yang mengontrol 65 persen saham proyek itu, mengatakan masalah dengan mitra-mitranya dan detail penangkapan dan penyimpanan karbon perlu diselesaikan sebelum mereka dapat menyelesaikan rencana revisi pengembangan proyek tersebut.

Proyek Abadi dirancang untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun dan diharapkan mulai beroperasi pada 2027, menurut rencana pengembangannya yang disetujui pada 2019. Namun proyek itu mungkin tertunda selama dua tahun, kata pihak berwenang.

Proyek tersebut diperkirakan menelan biaya sekitar $20 miliar dan telah menghadapi penundaan selama bertahun-tahun setelah berbagai perubahan dalam perencanaan, termasuk untuk mengakomodasi permintaan pemerintah untuk memindahkan proyek tersebut ke darat.

SKK Migas sebelumnya mengatakan Inpex akan mengajukan rencana pengembangan yang direvisi untuk memasukkan fasilitas penangkapan dan pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCUS) dalam proyek yang diperkirakan menelan biaya tambahan $1,4 miliar itu dan menghitung ulang nilai proyek karena kenaikan harga gas. [ab/lt]

Sumber: www.voaindonesia.com