News  

Terancam Gagal Bayar Utang Nasional, Ketua DPR AS Optimistis Capai Kesepakatan dengan Pemerintah

Ketua DPR Amerika Serikat Kevin McCarthy berjanji, pada Minggu (29/1), bahwa AS tidak akan gagal membayar utang nasionalnya meski pengeluaran negara tersebut semakin mendekati batas $31,4 triliun (sekitar Rp470.145 triliun) pada Juni mendatang. Namun, ia mengingatkan, pemerintah tidak boleh terus membelanjakan anggaran tahunan dalam jumlah yang lebih besar daripada pajak yang dikumpulkan.

McCarthy, pemimpin DPR yang kini dikuasai Partai Republik, mengatakan dalam program “Face the Nation” CBS bahwa ia akan bertemu dengan Presiden Joe Biden – dari Partai Demokrat – pada Rabu (1/2) nanti. Pertemuan itu akan menjadi diskusi pertama untuk membahas masalah plafon utang AS yang dapat berlangsung secara berlarut-larut selama beberapa bulan ke depan.

AS harus menaikkan plafon utangnya sebelum kehabisan uang untuk membayar tagihan yang telah ditanggungnya. Pada satu sisi, Biden dan Partai Demokrat menginginkan persetujuan “bersih” untuk menaikkan pagu utang periode ini yang tidak terikat pada pengeluaran periode-periode berikutnya, sementara politisi Republik menyerukan penetapan batas belanja anggaran baru demi menekan defisit tahunan dan pengeluaran berlebihan kronis yang jumlahnya seringkali melebihi $1 triliun setiap tahunnya.

“Kita tidak akan gagal bayar,” kata McCarthy.

AS tidak pernah gagal membayar utangnya, contohnya seperti obligasi yang dijual ke China, Jepang dan warga negara AS. Meski demikian, peringkat kredit AS diturunkan pada tahun 2011 ketika Presiden Barack Obama dan anggota Kongres dari Partai Republik berdebat panjang sebelum akhirnya mencapai perjanjian 10 tahun.

Kini, kata McCarthy, utang negara mencapai 120 persen dari pendapatan ekonomi nasional, di mana penambahan utang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh dua hal utama, yaitu pemotongan pajak nasional yang disetujui oleh Partai Republik di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump serta pemberian bantuan selama pandemi virus corona yang belum didanai di bawah kepresidenan Trump dan Biden.

“Kita belum pernah berutang seperti ini sejak Perang Dunia II,” kata McCarthy. “Untuk itu kita tidak bisa terus seperti ini. Dan saya rasa tidak ada seorang pun di Amerika yang tidak setuju bahwa ada pemborosan belanja pemerintah yang bisa kita hilangkan.”

“Jadi, saya ingin duduk bersama, menyusun kesepakatan yang bisa membawa kita maju ke arah keseimbangan, di mana pada saat yang sama tidak membahayakan utang kita,” ujarnya. “Kita tidak seharusnya mencetak lebih banyak uang; kita harus menyeimbangkan anggaran. Itu sebabnya saya ingin memeriksa setiap departemen. Di mana kita bisa lebih efisien, lebih efektif dan lebih akuntabel?”

Seperti Biden, McCarthy mengesampingkan gagasan untuk memangkas dua program pemerintah yang paling populer, yaitu program pensiun dan asuransi kesehatan bagi penduduk lansia, yang masing-masing dikenal dengan nama Social Security dan Medicare.

Namun ia menambahkan, “Saya ingin memeriksa setiap dolar yang kita belanjakan, tidak peduli untuk apa pun. Saya ingin menghapus pemborosan di mana pun itu terjadi.”

Ia membandingkan anggaran belanja pemerintah dengan anggaran belanja keluarga AS, dengan mengatakan, “Setiap keluarga melakukan ini. Yang terjadi dengan pagu utang [kita] sama seperti ketika Anda mencapai batas kartu kredit Anda. Perlukah kita terus menaikkan plafonnya? Atau justru memeriksa pengeluaran kita?” [rd/ka]

Sumber: www.voaindonesia.com